Pemerintah wajibkan murid baca buku dan menulis resensisnya. Tujuannya untuk meningkatkan minat baca. Data dari UNESCO, 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.
Meningkatkan budaya membaca mesti didorong dengan budaya penasaran. Meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi kepada murid bisa menjadi lebih penting sehingga keinginan untuk membaca juga meningkat.
Tapi saat ini tantangan membaca, dihadapkan dengan budaya melihat video. Media sosial seperti tiktok, instagram, youtube dan sebagainya menampilkan video singkat yang infonya sederhana. Bahkan mungkin video tidak begitu penting seperti joget-joget, pamer-pamer, dsb.
Murid banyak dihidangkan informasi yang menyenangkan mereka secara sesaat. Belum lagi banyaknya aplikasi gim di gawai yang bebas dimainkan murid kapan saja.
Bukan tidak boleh bermain gim. Tetapi kalau aktivitasnya lebih banyak dilakukan main gim di gawai dibandingkan belajar ataupun aktivitas fisik, maka bukan hanya minat baca yang menurun tetapi juga kondisi fisik karena sedikit bergerak.
Ketika pemerintah mencoba mewajibkan membaca buku dan membuat resensi untuk siswa, tantangan lainnya adalah Aritificial Intelligence (AI). Saat ini dengan mudahnya kita bisa membuat resensi buku dengan bantuan AI. Berikan saja perintah ke AI, "tolong buatkan resensi buku Laskar Pelangi dengan jumlah 400 kata. Beserta data bukunya." Maka ini hasilnya.
|
Kategori
|
Detail
|
|
Judul
|
Laskar Pelangi
|
|
Penulis
|
Andrea Hirata
|
|
Penerbit
|
Bentang Pustaka
|
|
Tahun Terbit
|
2005
|
|
Jumlah Halaman
|
529 halaman
|
|
ISBN
|
978-979-3062-79-1
|
Resensi Buku: Laskar Pelangi (405 Kata)
Laskar Pelangi adalah sebuah novel memoar yang sangat berpengaruh, ditulis oleh Andrea Hirata dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2005. Novel ini sukses besar karena menawarkan kisah nyata yang mengharukan dan penuh inspirasi tentang masa kecil penulis di Pulau Belitong, Kepulauan Bangka Belitong. Kisahnya yang universal tentang harapan, ketekunan, dan kekuatan impian membuatnya menjadi salah satu karya sastra modern Indonesia yang paling dicintai.
🏫 Perjuangan di Sekolah Bobrok
Fokus utama cerita ini terletak pada sekelompok sepuluh anak-anak dari keluarga miskin yang belajar di SD Muhammadiyah Gantong, sebuah sekolah reyot yang berada di ambang penutupan. Mereka adalah murid-murid yang kemudian diberi julukan "Laskar Pelangi" oleh guru mereka yang luar biasa, Ibu Muslimah. Sekolah ini terancam bubar jika jumlah muridnya kurang dari sepuluh. Momen penyelamatan sekolah oleh kehadiran murid kesepuluh, Harun, yang berkebutuhan khusus, menjadi awal dari petualangan penuh liku yang mereka jalani.
Kelompok Laskar Pelangi, yang dipimpin oleh tokoh narator Ikal, bersama dengan Lintang (anak genius dengan kemiskinan ekstrem), Mahar (seniman eksentrik), dan yang lainnya, harus menghadapi keterbatasan finansial, fasilitas sekolah yang nyaris roboh, serta diskriminasi sosial. Namun, semangat belajar mereka didorong oleh dedikasi tanpa pamrih dari Ibu Muslimah dan Kepala Sekolah Pak Harfan.
💪 Keindahan Bahasa dan Pesan Mendalam
Kekuatan terbesar novel ini adalah gaya penceritaan Andrea Hirata yang kaya, puitis, dan sering diselingi humor khas anak-anak desa. Deskripsi alam Belitong yang indah kontras dengan kesulitan hidup yang dihadapi tokoh-tokohnya, menciptakan latar belakang yang kuat dan memikat. Penggunaan majas dan metafora membuat setiap perjuangan terasa bermakna.
Novel ini menyajikan tema sentral tentang kekuatan persahabatan dan pentingnya pendidikan sebagai alat untuk memutus rantai kemiskinan. Kisah Lintang, yang kecerdasannya diakui tetapi harus meninggalkan bangku sekolah demi menghidupi keluarga, adalah bagian paling emosional yang menyoroti isu ketidakadilan akses pendidikan bagi masyarakat miskin.
Laskar Pelangi adalah sebuah karya yang berhasil menyentuh hati pembaca, mengajarkan bahwa kemiskinan bukanlah akhir dari segalanya. Ia adalah pengingat abadi tentang perjuangan, harapan, dan bahwa mimpi, sekecil apa pun, pantas untuk dikejar.
Apakah Anda ingin saya memberikan perbandingan singkat antara novel Laskar Pelangi dan adaptasi filmnya?
Hebat bukan si AI. Ini menjadi tantangan. Proses membaca buku dan membuat resensi perlu diperhatikan. Bukan hanya pemerintah mewajibkan, tetapi Guru yang membimbing di sekolah dan orang tua yang membimbing di rumah perlu mendampingi prosesnya. Menemani mereka membaca. Menjadi teman diskusi bacaan. Hingga membaca tidak lagi harus dipaksakan, tetapi sudah menjadi budaya.
Komentar
Posting Komentar